Ciee cieee uhuuy… suiit suiitt..
"Nunggu siapa tuh?"
"Sudah ada yang main ke rumah kah?" 
"Yakin masih mau sendiri aja?" 
Dan komentar komentar lain dari netijen yang isinya cabe. Pedes. Hahaha *justkidding 
Kalau ada yang nanya atau ngingetin gitu tu tandanya mereka sayang. Ngga usah emosi, tapi nggakpapa ngegas sikit. Pake gas nya yang 3kg aja, jangan yg 12 kg 😁😁 

Masjid An Nuur Biofarma, Bandung 2018

Huuuh *tarik nafas - tahan - keluarkan *okeey keep calm
Memang usia-usia rentan gini ya. Katanya sih quarter life crisis
Macem insekyuur yang menyesakkan dada gitu ceunah
Insekyuur tentang beban masa lalu, tentang hari ini dan masa depan 
Kalau kata ustadz Edgar Hamas, "insecure atau kekhawatiran itu ibarat bayangan, ia terlihat besar padahal sih biasa aja". Hehehe 
Oke ashoyaaap... 

Ada sebuah nasihat yang masuk dalam catatan harianku yaitu tentang keniscayaan atau kepastian dalam penantian. 
Penantian bertemu pasangan? 
Penantian memiliki momongan? 
Emmm mungkin lebih dari itu 

Iya. Ada hal yang lebih niscaya daripada menanti bertemu pasangan. 
Kematian. 
Kematian lebih niscaya dari semua dan apa-apa yang sedang pun diperjuangkan oleh manusia. Kematian lebih niscaya daripada bertemu pasangan. 
Ngga asyik ya obrolannya? 
Memang. Siapa yang bisa santai kalau udah bahas ini 😭😭😭 

Sampai ada sebuah tulisan yang aku note di hp isinya, 
"tak tahu antara impian, pasangan atau kematian yang melamar duluan. Yang pasti adalah kita semua sedang berada dalam daftar tunggu paling niscaya. Yaitu daftar tunggu kematian. Dan yang namanya daftar tunggu akan terus maju. Entah seberapa lama. Ia akan datang dan itu adalah kepastian" 

Serem ya? 
Iya memang. Serem bangeeeet 😱😱😱 
Dan lebih serem dari kata-kata doi "kita lebih baik temenana aja ya" *musik sedih 

Pas nulis inipun sebenernya ku takut. Takut untuk dimintai pertanggung jawaban kalau ternyata tulisan ini tak membawa manfaat baik dan tak bisa ku amalkan sendiri. #selfreflection #selfreminder 
Takut juga kalau ternyata hari ini adalah hari terakhir ku dan lamanya usia yg Allah kasih belum dimanfaatkan sebaik dan seproduktif mungkin. Aku yang masih sering lalai, masih sering ngeluh, masih sering sia-sia. 
Astaghfirullahhaladzim 😢😢😢 

Dan katanya sebaik-baik nasihat adalah tentang kematian. Yang mengingatkan kita untuk selalu berniat, bersiap, berbenah, dan berbekal untuk memantaskan diri. Mendekat ke Allah. 
Kalau sudah begitu, alangkah indahnya kalau kita bisa senantiasa mempersiapkan kematian. 
Mempersiapkan yang seperti apa? 
Mempersiapkan sebaik-baik nya diri dalam penantian. 
Adalah taat. Taat berarti menjalankan semua perintah dan menjauhi apa-apa yang dilarang. Taat dalam penantian. 

Bersiap untuk mulai berbenah. Mengumpulkan sebanyak-banyaknya amal dan memberi sebanyak-banyaknya manfaat di dunia. Hingga kita kembali ketempat asal kita. Surga. Amiiinn 
Memantaskan diri untuk pasangan juga termasuk mempersiapkan kematian. Memantaskan diri yang gimana? Yang pasti yang sesuai dengan syariat Islam. #yanginijugamasihprosesbelajar 😁😁😁 

kata Wilda, 
Kak katanya hidup ini sebenernya tentang perlombaan mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan jiwa yang cenderung pada kelalaian dan kesia-siaan untuk menaiki tangga-tangga kehambaan. 
Yang kita lakukan setelahnya? 
Iya. Tunduk, pasrah, berserah atas semua perintah dan larangan. Atas semua takdir baik dan takdir yang pasti mengandung pelajaran baik. 
Berlomba untuk menjadi sabar, untuk menjadi ikhlas, Ridha dan taat. Hingga dicinta, dinanti dan dipersilahkan 
"Fadhuli fi ‘ibadi, wadhuli Jannati", sini hambaKu, istirahat di SurgaKu :") 

Genggam erat mereka sahabat-sahabat yang setia menjadi teman perjalanan dalam ketaatan, yang selalu mendengarkan, meluruskan dan yang mengingatkan tentang kematian. 

Mari saling mendoakan.
Sahabatmu, Siska Hermawati :) 

Dulu saat masih kecil, masih lucu dan gemes-in kalau ditanya ingin jadi apa jawabannya ingin jadi dokter atau ingin jadi guru. Tak pernah sekalipun terbesit cita-cita ingin jadi apoteker. Bahkan apa itu apoteker juga tak paham.

Tulisan ini tidak akan menceritakan tentang kenapa bukan dokter tapi apoteker. Tulisan ini dibuat untuk ikut di kegiatan nulisyuk hastag #PahlawanMedis #dirumahsaja


My team. Depo 2 (Farmasi Rawat Inap)


Saat lulus apoteker dan ditrima kerja di Rumah Sakit daerah lintas kota, teman bilang
"mungkin ini salahsatu cara Allah untuk memberi kesempatan siska jadi anak yang berbakti pada orangtua", kira-kira itu kalimat yang ia sampaikan. Sejuk sekali.

Saat memutuskan untuk bekerja, hal pertama yang aku fikirkan adalah pekerjaan seperti apa yang aku inginkan? Pekerjaan yang keren? yang banyak uang? atau mungkin yang diniatkan sebagai ibadah,  yang halal, atau yang tidak melanggar syariat islam?
Sampai suatu hari Allah gerakkan tangan ini membuka story instagram seorang teman, disitu ia menuliskan pesan 
"nak, tahukah pekerjaan yang mendekatkan kita kepada Allah itu seperti apa?"

Kata-katanya adem sekali.. ternyata bukan pekerjaan seperti apa yang aku inginkan tapi pekerjaan seperti apa yang Allah inginkan, pekerjaan yang mendekatkan seorang hamba kepada Rabb nya?

Lalu ia melanjutkan, "pekerjaan yang halal? yang diniatkan sebagai ibadah?

hmm.. Belum cukup. Lalu yang seperti apa?
Yang dengannya kita tak meninggalkan kewajiban kita kepada Allah.
Sibuknya bekerja tidak membuat kita lalai untuk sholat diawal waktu
Lelahnya bekerja tak membuat kita untuk bermalas untuk tilawah dengan meluangkan waktu
Kegiatan bekerja tak melepas lisan dan hati dari berdzikir mengingat Allah sepanjang waktu

Yang seperti itu sulit bukan, nak?
Benar nak, maka Allah sebut kehidupan ini sebagai ujian. Untuk menguji kadar iman dan taat kita. Agar kita menemukan apa yang sebenarnya kita kejar. Dunia yang sementara atau negeri akhirat yang selamanya."

Cc @wilda.go sayang sekali sama Wilda karena Allah

Untuk yang mau cari kerja  pun yang sudah bekerja sepertiku ini mari ingat-ingat lagi apa sebenarnya niat yang membalut hati, atau saat menulis ini pun aku harus menata niat dalam hati..
Gimana kalau Allah ternyata tidak meridhoi
Mungkin ada niat yang perlu dibenahi

Nasehat mbak Dewi,  saat kita mengerjakan suatu yang kita cintai, niscaya akan ada semangat dalam diri. Jadi mungkin bukan pekerjaannya yang kita cintai namun mengumpulkan amal karena Allah yang menjadi motivasi dan membahagiakan orang tua menjadi daya dorong diri

Sebenarnya aku tak tahu apakah tulisan ini akan nyambung dengan tema #PahlawanMedis dan #dirumahsaja hehe
tapi ada satu yang membuatku bersyukur, eh sebenarnya harus selalu beryukur atas semua hal tapi bahas yang satu ini dulu hehe

#PahlawanMedis
ini adalah foto bersama dokter, teman-teman perawat serta ahli gizi di tempaku bekerja



siang itu dr. Mia Sp.PD dokter yang menjadi penanggungjawab covid di RS kami visite ke ruang tempat dimana aku berada,

"dokter kok pucet wajahnya", kata seorang perawat
"lho ketok a rek? (lho kok kelihatan, rek *rek : bahasa swag nya guys ala jatim mungkin hehe)
padahal pake masker lo", jawab beliau santai. Memang beliau tipe yang sangat humble dan humoris.
"gimana kondisi pasien di ruang isolasi (pasien covid19)? kalau capek istirahat dulu dokter", sambung teman yang lain.
*beliau menjelaskan sekilas
"waah ini efek nggak pakai bedak nih, tapi kalo pake bedak nanti nempel di masker, belum lipstik e yaa, byuuh" sambung doker mia
*semua ketawa
"tapi ternyata make up itu penting yaa *sambil bercanda" , timpal beliau
terakhir beliau minta doa
-end of conversation 

Barakallah, barakallah, barakallah.. untuk semua tenaga medis, untuk semua tenaga penunjang medis dan untuk semua tenaga yang ikut berjuang dalam menghadapi ujian ini.
Dibalik senyum dan candaan itu ada tanggung jawab besar yang harus ditanggung.
Saat seruan pemerintah untuk #WFH Work From Home, alhamdulillah ternyata istilah #WFH juga bisa untuk Work From Hospital *tidak kalah trend yaa hehe

Bagi sebagian mereka yang sanggup berteman dengan letih, ku ucapkan selamat.
Kata mbak dewi letih adalah bagian dari kehidupan. Letih adalah bukti nyata ikhtiar dan perjuangan.
So...mari berbangga akan letih, bersyukur karena letih menjadi bagian dari keseharian. Bisa saja keberkahan dari Nya datang dari letih yang membersamai ragamu, saat ikhlas dan niat segala aktivitas hanya tertuju pada keridhoan Allah yang dirindu. Maka seharusnya jangan lagi kau sesekali menyesali letih di penghujung harimu, karena bisa jadi peluh keringat itu yang akan menyelamatkanmu, jangan lagi kau sesali kesibukan yang menyita waktu luangmu karena kita tidak pernah tau dari amalan mana yang akan mengantar kita kepada Rabb yang dituju... sebuah nasihat untukku, juga untukmu,
Barakallahu..
#covidlekaslahberlalu

Jadi ketika merasa hati mulai tak nyaman, banyak ragu nya daripada yakin mungkin disitu ada niat yang salah, mungkin ada niat yang perlu dibenahi, ingat kata Allah  bukankah amal perbuatan kita tergantung dari niat diri yang ada di dalam hati?



Siska Hermawati